Gunung Semeru, Keindahan, Sejarah, Legenda dan Cerita
Gunung
Semeru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa, secara geografis letak
gunung ini berada di dua wilayah administratif, yaitu wilayah Kab Malang
dan Lumajang. Dengan posisi antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT.Gunung
Semeru memiliki puncak ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut
(mdpl). Mahameru adalah sebutan untuk puncaknya dan Jonggring Saloko
adalah nama kawahnya.
Gunung Semeru adalah gunung jenis stratovolcano
aktiv yang berada didalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) Kawasan ini berada dilahan seluas 50.273,3 Hektar. selain
keindahan panorama alamnya, taman nasional ini juga kaya akan budaya
(suku tengger). Inilah yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan baik
lokal maupun mancanegara.
Tanah
tertinggi di pulau Jawa, Ranu Kumbolo, Soe Hok Gie, dan Film 5 cm.
mungkin inilah beberapa kata yang terlintas dalam pikiran saat ini
ketika kamu mendengar kata “Semeru”. Kata-kata itu seolah memiliki daya
magnet tersendiri bagi pendengarnya yang tidak hanya terbatas pada
kelompok pencinta alam maupun traveller.
Gunung Semeru memiliki tempat yang khusus bagi umat
Hindu dan Budha di Indonesia pada umumnya. karena gunung ini
dipersonifikasikan sebagai gunung suci yang berada di India. dalam
kosmologi Hindu dan Budha Semeru berasal dari bahasa sangsekerta yang
berarti Sumeru “Meru Agung” adalah pusat alam semesta baik secara fisik
maupun metafisik (spiritual). Gunung ini dipercaya sebagai tempat
bersemayamnya para Dewa (Siwa). Gunung ini juga dianggap sebagai “Lingga
Acala” lingga yang tidak bergerak sekaligus juga berarti lingga yang
bukan diciptakan oleh manusia. Dalam bahasa Jawa Kuno, Acala memang juga
diartikan gunung atau karang.. Dalam Teks-teks “Purana” India
yang tergolong kitab Upaweda (penjelasan lebih lanjut atas Weda) memang
menyebutkan Tuhan Yang Mahatunggal bersemayam di puncak Mahameru, yang
dikenal juga dengan nama Gunung Kailasa atau Gunung Himawan.
Legenda Gunung Semeru, dalam kitab Tantu Panggelaran
berbahasa Jawa Tengah, dalam bentuk prosa menceritakan, ketika tanah
Jawa masih tidak seimbang, belum stabil, Batara Guru menitahkan para
Dewa memenggal puncak Gunung Mahameru dari tanah Bharatawarsa (India)
untuk dibawa ke Jawa. Titah itu laksanakan para Dewa. Puncak Gunung
Mahameru akhirnya dipenggal, kemudian diterbangkan ke tanah Jawa dan
Jatuh disisi barat pulau Jawa, tanah Jawa berguncang. Bagian timur Jawa
terangkat, sedangkan bagian barat Jawa justru malah tenggelam.
Potongan puncak Gunung Mahameru itu pun dibawa
kembali ke arah timur. Sepanjang perjalanan dari barat ke bagian timur
tanah Jawa, bagian-bagian puncak Gunung Mahameru itu ada yang
berjatuhan. bagian-bagian yang jatuh itu akhirnya tumbuh menjadi enam
gunung kecil. masing-masing Gunung Katong (Gunung Lawu, 3.265 mdpl),
Gunung Wilis (2.169 mdpl), Gunung Kampud (Gunung Kelud, 1.713 mdpl),
Gunung Kawi (2.631 mdpl), Gunung Arjuna (3.339 mdpl), dan Gunung Kemukus
(3.156 mdpl)
Begitu sampai dibagian timur ternyata pulau Jawa
masih tetap tidak seimbang. Akhirnya para Dewa pun memutuskan untuk
memotong bagian puncak gunung Semeru kemudian menjatuhkanya disebelah
barat laut, dan potongan ini membentuk gunung baru, yakni Gunung
Pawitra, atau yang sekarang akrab kita kenal dengan nama Gunung
Pananggungan. Legenda gunung Semeru ini memberikan gambaran terkait
penyebaran Hindu paham Siwaistis dari tanah India ke negeri Nusantara
yang berpusat di tanah Jawa, dan meninggalkan pengaruh besar terhadap
kepercayaan dan kebudayaan suku Tengger hingga saat ini.
selain keindahan panorama alam dan legenda
keberadaannya ternyata gunung Semeru memiliki Peninggalan Arkeologi
berupa Arca (Arcopodo) dan prasasti kumbolo. Menurut Dwi Cahyono, Dosen,
Arkeolog Universitas Negeri Malang dalam tulisan wawancaranya disalah
satu website mengatakan, prasasti kumbolo adalah prasasti yang
diperkirakan peninggalan dari kerajaan Kediri. sedangkan Arcopodo
diperkirakan peningalan jaman kerajaan Majapahit.
Kerajaan masa Hindu – Budha di daerah Jawa Timur
dibagi ke dalam tiga periode. Periode pertama adalah kerajaan Kediri
yang memerintah sejak abad ke 10M hingga tahun 1222 M. periode kedua
masa kerajaan Singosari yang memerintah tahun 1222 M hingga tahun 1293
M. dan periode ketiga masa kerajaan Majapahit yang memerintah dari tahun
1293 M hingga abad ke 6. dapat disimpulkan bahwa kedua peninggalan
arkeologi Gunung Semeru adalah peninggalan purbakala yang kaya akan
nilai histori dan budaya.
Arcopodo
sendiri pertama kali ditemukan oleh alm. Norman Edwin dan Herman O
Lantang, Mapala Universitas Indonesia tahun 1984. Dua tahun setelahnya,
Norman kembali mendatangi dua Arca itu dan menuliskan temuannya di
majalah Swara Alam pada tahun 1986. setelah itu Arcapodo tidak diketahui
lagi keberadaanya, seolah Arca itu telah menghilang secara misterius
dan menjadi mitos dikalangan pendaki. Barulah pada bulan November tahun
2011 Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas melakukan penelusuran untuk
membuktikaan keberadaan Arca yang dianggap telah menghilang lebih dari
25 tahun itu. Hasilnya, Arcopodo yang dianggap hilang secara misterius
itu ternyata tidak pernah hilang. Arca itu tetap berada ditempatnya sama
saat almarhum Norman Edwin dan Herman O Lantang menemukanya. Lalu
mengapa Arca ini dianggap menghilang selama beberapa tahun? Dan mengapa
di Pos Arcopodo yang sekarang pendaki tidak pernah menjumpai Arca ini?
Arca dianggap menghilang setelah di publikasikan
keberadaanya di majalah Swara Alam tahun 1986 karena memang tidak ada
pendaki lain yang mempublikasikan atau mendokumentasikanya lagi setelah
itu. Menurut penduduk sekitar, pada tahun 80an jalur pendakian ke puncak
Mahameru memang dirubah ke jalur pendakian (baru) seperti sekarang ini,
perubahan jalur itu sangat mungkin dan beralasan. Menurut saya, ada dua
alasan utama perubahan jalur tersebut. Pertama, perubahan jalur
dilakukan untuk melindungi keberadaan ke dua Arca tersebut dari tangan
orang – orang yang tidak bertanggung jawab. Kedua, terjadi kerusakan
jalur pada saat itu karena adanya perubahan kondisi alam. Ini dapat
dibuktikan dengan sulitnya medan yang ditempuh oleh tim Ekspedisi Cincin
Api Kompas dalam tulisanya saat melakukan penulusuran tahun 2011 lalu.
Mengapa ada Arca (Arcopodo) digunung Semeru? Apa
makna dari Arcopodo? Secara umum Arca adalah patung yang merupakan
bagian dari tempat suci umat Hindu. Patung ini memiliki tempat yang
penting. Bahkan jauh sebelum Hindu dan Budha masuk ke Nusantara
(Indonesia) saat animisme dan dinamisme masih menjadi kepercayaan
suku-suku di Indonesia. Patung itu memiliki peran penting terhadap
upacara pemujaan roh – roh nenek moyang. Patung digunakan sebagai wadah
penghubung atau tempat menampung roh yang “diundang”. Karena Semeru
adalah gunung suci. Maka pantaslah jika ada Arca di gunung ini.
Menurut Pak Dwi Cahyono, sesuai namanya Arcopodo sebenarnya berasal dari kata Arca dan Pada, yang dalam bahasa Jawa yang terpengaruh Sangsekerta, pada artinya tempat. ”Jadi, Arca-Pada adalah Tempat Arca” Pak Dwi pun memberi penjelasan jika salah satu arca itu kemungkinan adalah sosok Bima. Bliau kemudian membandingkan dengan foto Arca Bima di Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu. Badan dan tangannya mirip Bima.
Bima adalah perwujudan tokoh untuk tolak bala Dengan demikian, tempat tersebut merupakan pemujaan yang difungsikan untuk ritual menghalau bencana dari puncak Gunung Semeru yang aktif.
Berbeda dengan Pak Dwi,
saya memiliki pandangan lain. bahwa kata Arcopodo berasal dari dua kata
gabungan. Yaitu, Arco dan Podo. Arco adalah Arca dan Podo adalah Sama.
Dalam bahasa Jawa, pergantian dan penggunaan huruf “o” sebagai “a” sudah
umum dan menjadi ciri bahasa Jawa. Jadi dapat disimpulkan bahwa kata
Arcopodo memiliki arti “Arca yang Sama” dalam bahasa Jawa. Dan jika
diperhatikan foto Arca diatas memang terdapat kesamaan dari segi bentuk,
tinggi dan ukuran. Arcopodo adalah dua Arca yang sama?
Lalu apakah benar
Arcopodo itu adalah Arca perwujudan sosok Bima? saya juga memiliki
pandangan lain yang berbeda dengan Pak Dwi. Menurut saya, Arcopodo
adalah Arca prwujudan dari Dewa Kala dan Anukala. Kala dan Anukala ini
memiliki kedudukan yang sama dengan Nandicwara dan Mahakala. Jika
merujuk pada buku Prof. Soekmono, Candi Fungsi dang Pengertianya,
Nandicwara dan Mahakala dalam bagian Candi ditempatkan sebagai
Dwarapala, arca penjaga yang terdapat di pintu masuk bagunan Candi. Jadi
Arcopodo adalah Arca penjaga namun bukan Arca Bima?
Dalam kitab Tantu
Panggelaran yang diperkirakan dibuat abad ke 15 itu memberikan
penjelasan penempatan para Dewa dan memberikan keterangan bahwa gunung
Mahameru dijaga oleh Gana pada gapura timurnya, oleh Agasti pada gapura
selatanya, oleh Gauri pada gapura utaranya dan oleh Kala dan Anakula
pada gapura baratnya. (Dr. Pigeaud 1924:96-97) dikutip oleh Prof. Dr. R
Soekmono. Dalam bagunan suci Candi, posisi letak Dewa-Dewa ini tidak
pakem terhadap arah. Posisi Dewa ini bergantung terhadap arah (kiblat)
bagunan Candi tersebut.
Jadi menurut saya
Arcopodo di gunung Semeru adalah Arca penjaga gapura, pintu untuk
memasuki tempat tersuci (puncak Mahameru). Pandangan saya ini tentunya
masih harus ditelaah kembali baik secara kontekstual maupun tekstual
oleh para ahli-ahli sejarah dan arkeologi agar didapatkan gambaran jelas
tentang sejarah Arca kembar (Arcopodo) yang berada di gunung tertinggi
di pulau Jawa, Semeru.
Gunung Semeru, Keindahan, Sejarah, Legenda dan
Cerita. Sesuai dengan judul tulisan. dalam bagian ini saya akan
menceritakan pengalaman perjalanan yang mungkin bisa memberikan kamu
sedikit gambaran jika kamu ingin atau berencana melakukan pendakian ke
gunung Semeru. Sebelumnya perlu dicatat Semeru adalah Gunung Suci, jadi
jaga setiap omongan, perbuatan, dan kelestarian (sampah) kamu saat
mendaki. Alam memiliki cara sendiri untuk merespon perbuatan manusia.
Gunung
Semeru memiliki dua jalur pendakian. Yang pertama adalah jalur Ranu
Pane, jalur ini bisa diakses melalui kota Malang. Dan yang kedua adalah
jalur Senduro, jalur ini bisa diakses melalui Lumajang. Dari kedua jalur
ini, jalur Ranu Pane lah yang paling ramai dan umum digunakan oleh para
pendaki. Di Ranu Pane pun terdapat dua jalur pendakian. Yang pertama
adalah jalur konvensional dan kedua jalur ayek –ayek.
Ada beberapa pertimbangan utama mengapa kebanyakan
pendaki lebih memilih jalur Ranu Pane. Diantaranya, jarak dan kemudahan
transportasi ke desa terakhir (pos pendakian). Desa Ranu Pane lebih
mudah diakses dibandingkan Lumajang, Senduro. jalur pendakian yang akan
ditulis disini adalah jalur pendakian melalui jalur Konvensional Ranu
Pane.
Perjalanan dimulai dari Kota Malang yang kemudian
dilanjutkan menuju Tumpang. Tumpang berada di kabupaten Malang, jarak
dari kota Malang menuju Tumpang kurang lebih 16 km. jika kamu
menggunakan Kereta Api kamu bisa berhenti di stasiun akhir “Malang Kota
Baru” setelah itu kamu bisa melanjutkan menggunakan angkot ADL, AL atau
angkutan lainya yang menuju terminal Arjosari. Perjalanan stasiun ke
terminal kurang lebih 15 menit. Dari terminal Arjosari kamu bisa
menggunakan angkot berwarna putih dengan tujuan Tumpang TA. jika kamu
rombongan, kamu bisa mencarter angkot langsung dari stasiun Malang untuk
memudahkan perjalanan langsung menuju Tumpang karena biaya yang
dikeluarkan akan lebih murah. Jika kamu menggunakan transportasi udara
kamu bisa menggunakan jasa taxi Bandara Abd. Shaleh untuk menuju
Tumpang.
Sesampai di terminal Tumpang (pasar), kamu bisa
melanjutkan perjalanan ke Desa trakhir (pos pendakian) Ranu Pane dengan
menggunakan transportasi khusus Jeep. Sebelum melanjutkan perjalanan
menuju Ranu Pane ada baiknya jika kamu mencek ulang kelengkapan,
kebutuhan dan persyaratan yang kamu bawa. Bila perlu buatlah cek list
untuk mempermudah dan memastikan tidak ada kelengkapan yang tertinggal.
Missal, logistik, bahan bakar, obat-obatan, perlengkapan camping dan
kebutuhan pribadi lainya. Di Tumpang kamu bisa melengkapi keperluan yang
akan kamu butuhkan selama melakukan pendakian.
Tumpang adalah salah satu daerah di Malang yang
bersejarah. Karna disini terdapat situs peninggalan Purbakala berupa
Candi. Candi – candi ini merupakan peninggalan kerajaan Singosari pada
abad ke 12. diantaraya candi Kidal (pendharmaan Raja Anusapati) dan
Candi Jago (pendharmaan Raja Winuwardhana). Selain itu Tumpang juga
memiliki obyek wisata alam berupa air terjun. Coban Pelangi, Coban
Terisula adalah contohnya. Di Tumpang kamu juga bisa menikmaati wisata
petik apel di daerah Ponco Kusumo. Apel dari daerah ini terkenal
kualitasnya.
Sebagai catatan. Kamu diwajibkan membawa surat
keterangan sehat dari dokter, atau puskesmas. Surat itu digunakan
sebagai syarat saat melakukan ijin pendakian di pos pendakian gunung
Semeru. Jika kamu lupa membawanya jangan kawatir. Kamu bisa mengurusnya
di puskemas Tumpang yang terletak kurang lebih 500 M dari pasar Tumpang.
Jeep yang akan membawa kamu ke pos pendakian selalu
stanby di depan Pasar Tumpang, depan Alfamart. Perjalanan Tumpang – Ranu
Pane membutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan. dengan kondisi jalan
menanjak dan berbelok-belok khas pegunungan. Selama perjalanan kamu
akan dimanjakan oleh indahnya pemandangan alam berupa kebun apel, hutan,
pertanian dan bukit teletubies gunung Bromo yang terletak di daerah
Jemplang dan Bantengan, perbatasan Malang dan Lumajang.Sesampainya
di Desa Ranu Pane kamu bisa langsung mengurus surat ijin pendakian.
Ranu Pane adalah Desa yang berada di ketinggian 2.100 Mdpl. Suku asli
Desa Ranu Pane adalah suku Tengger. Ranu Pane berasal dari nama danau
yang berada diwilayahnya. Ranu dalam bahasa Indonesia adalah Danau.
Selain Ranu Pane. Di Desa ini juga terdapat Ranu Regulo. Di desa Ranu
Pane, sekitar pos pendakian terdapat warung-warung yang menjual makanan,
tempat persewaan alat-alat perlengkapan camping, dan penginapan (home
stay).
Surat ijin pendakian ditangan, berarti kamu sudah
bisa memulai perjalanan pendakian. Perlu diketahui estimasi waktu
pendakian gunung Semeru bervariasi. Ada yang dua hari satu malam, ada
yang tiga hari dua malam dan yang standar pada umunya adalah empat hari
tiga malam.
Sebelumnya kamu harus tentukan berapa lama kamu akan
melakukan pendakian. Karena ini sangat berpengaruh terhadap barang
bawaan dan beban barang yang akan dibawa selama pendakian. Tulisan
perjalanan ini akan merujuk kewaktu standart pendakian umum yaitu empat
hari tiga malam.
Hari pertama. Tujuan perjalanan adalah Ranu Kumbolo.
Ranu Kumbolo berada diketinggian 2.400 dari permukaan laut. Estimasi
waktu perjalanan empat sampai lima jam berjalan kaki. Jarak tempuh 10,5
Km. untuk sampai di Ranu Kumbolo kamu akan
melewati
4 pos. yaitu pos 1, pos2, pos 3 dan pos 4 yang berada diatas Ranu
Kumbolo. Diantara pos-pos tersebut kamu juga akan menemukan dua “welcome
area” berupa papan informasi. Diantaranya welcome area Landengan Dowo
(antara Ranu Pane dan Pos 1) dan Watu Rejeng (antara Pos 2 dan Pos 3).
Papan informasi itu berisi letak, ketinggian, dan jarak tempuh
pendakian. Ranu Kombolo adalah camp hari pertama.
Foto
kedua diatas adalah foto tanjakan cinta yang melegenda bagi para
pendaki yang mempercayainya. Konon jika kamu melewati tanjakan cinta
tanpa berhenti dan tanpa menoleh kebelakang sambil memikirkan orang yang
kamu cintai. Cinta kamu akan terwujud dan langgeng. Tapi perlu dicatat
ini hanya sebuah mitos, percayalah Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
hanya seijin-Nya lah sesuatu bisa terjadi dan terwujud. Biarkan mitos
ini hanya menjadi cerita
Hari
kedua. Tujuan perjalanan adalah Kalimati. Pos Kalimati berada
diketinggian 2.700 Mdpl. Camp Kalimati adalah camp dihari kedua dan
menjadi camp terakhir sebelum melanjutkan summit ke puncak Mahameru.
Disini terdapat sumber mata air yang segar dan jernih. Namanya sumber
mani. Untuk mengambil air ini kamu harus melalui celah dan jalan menurun
yang curam yang berada disebelah barat shelter. Kurang lebih dibutuhkan
waktu empat puluh menit perjalanan pulang pergi dari shelter Kalimati.
Harap berhati-hati ajak rekan yang pernah mengambil air disumber mata
air ini.
Untuk mencapai Kalimati dari Ranu Kumbolo kamu akan
melalui beberapa tempat. yaitu, Oro-oro ombo, Cemoro Kandang, dan
Jambangan. Estimasi waktu perjalanan tiga jam dengan jarak tempuh 7.5 Km
dari Ranu Kumbolo.
Oro-oro ombo adalah padang rumput yang memiliki luas
kurang lebih 100 ha. Sedangkan Cemoro Kandang adalah hutan yang
didominasi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan. Dan Jambangan
adalah padang rumput yang ditumbuhi oleh edelweiss, cantigi dan cemara.
Dari Jambangan ini puncak Mahameru akan mulai terlihat jelas disaat
cuaca cerah tanpa kabut.
Hari
ketiga, tujuan perjalanan adalah puncak Mahameru yang berada di
ketinggian 3.676 Mdpl. perjalanan ke puncak dimulai saat dini hari
sekitar pukul satu, selain untuk mengejar sunrise, pendakian puncak saat
dini hari dilakukan untuk mengejar waktu. Perlu diketahui saat pukul
sembilan pagi kamu sudah harus turun dari puncak Mahameru karena
dikhawatirkan akan adanya perubahan arah angin yang akan membawa gas
beracun dari kawah aktiv yang mengarah kearah jalur pendakian. sudah
seharusnya saya dan kamu mengikuti pakem ini. karena cuaca, perubahan
alam terkadang tidak dapat diprediksi.
Perjalanan dihari ketiga ini adalah perjalanan
terberat jika dibandingkan dengan hari pertama dan kedua. karena medan
yang akan dilalui cukup sulit. Selain menanjak medan yang akan ditempuh
berupa pasir dengan batuan-batuan yang mudah longsor dengan tingkat
kemiringan jalur yang cukup tajam. Dibutuhkan semangat dan fisik
(kesehatan) yang prima agar bisa sampai di puncak Mahameru, tanah
tertinggi di pulau Jawa.
Jarak
Kalimati ke puncak Mahameru 2.7 Km, waktu tempuh bervariasi antara
empat hingga tujuh jam perjalanan berjalan kaki. Waktu tempuh ini sangat
tergantung terhadap kondisi dan kemampuan fisik seseorang. Ada yang
lebih lambat, ada juga yang mungkin lebih cepat karna fisik seseorang
tidak sama.
Setelah berjalan kaki sejauh 1.2 Km, diketinggian
2.900 Mdpl kamu akan sampai di Pos Arcopodo, Pos terakhir sebelum
puncak. Disini tidak terdapat bagunan seperti halnya di Pos 1, 2,3 dan
4. di Pos Arcopodo kamu hanya menemukan tulisan informasi saja. Di Pos
ini terdapat tanah datar yang tidak begitu luas dan biasanya beberapa
pendaki menjadikanya camp alternative terakhir sebelum melanjutkan
perjalanan ke puncak
Pendaki
yang menjadikan Pos Arcopodo sebagai camp terakhir tentunya memiliki
beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah waktu, dan jarak tempuh.
Untuk sampai puncak Mahameru, jarak dari Pos Arcopodo ke puncak hanya
1.5 Km, lebih dekat jika dibandingkan dari camp Kalimati ke puncak yang
berjarak 2.7 Km. Jadi jika kamu memilih camp Arcopodo, kamu tidak perlu
berangkat dini hari.
Namun ada beberapa pertimbangan yang menjadi catatan
jika kamu menjadikan Pos Arcopodo sebagai camp terakhir sebelum puncak,
yaitu air. Karena di Pos Arcopodo ini tidak terdapat sumber mata air.
Ini berarti mengharuskan kamu membawa persediaan air lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan minum dan memasak, dan pastinya akan menambah beban
barang bawaan yang cukup menguras tenaga.
Dalam tulisan ini, saya merekomendasikan Camp di Pos Kalimati sebagai pilihan sebelum melanjutkan pendakian ke puncak Mahameru.
Dari pos Arcopodo kamu bisa lanjutkan pendakian
kearah puncak (utara) mengikuti jalur yang sudah ada. Setelah berjalan
beberapa ratus meter kamu akan sampai di Kelik. Kelik adalah lokasi yang
menjadi batas akhir vegetasi antara hutan dan pasir puncak Semeru.
Dari Kelik inilah yang dimaksut oleh saya medan
terberat yang akan dilalui selama pendakian ke puncak Mahameru. Selain
kemiringan medan, suhu yang dingin akan menjadi cobaan selama
perjalanan. cobaan ini akan menjadi hambatan jika kamu tidak
mempersiapkanya. Sebaiknya gunakanlah sepatu saat melakukan pendakian.
Sepatu selain melindungi kaki juga akan memberikan kenyamanan. Kaki
adalah organ yang vital saat kamu melakukan pendakian, karena dengan
kaki kamu berjalan. Bayangkan jika kaki kamu mengalami cedera saat
diperjalanan. Jadi sudah sepantasnya dan seharusnya kamu melindungi kaki
dengan sepatu untuk meminimalisir kemungkinan buruk yang mungkin saja
terjadi. Gunakanlah gaither sebagai pelengkap agar pasir tidak masuk
kedalam sepatu saat perjalanan ke puncak demi kenyamanan. Kamu juga bisa
menggunakan Trecking pole atau tongkat. sebagai alat bantu saat
berjalan menapaki medan berpasir gunung Semeru yang mudah bergerak saat
di injak.
Setelah dua jam perjalanan dari batas vegetasi Kelik.
Kamu akan sampai di puncak Mahameru. Puncak gunung tertinggi di Pulau
Jawa.
Sinar
Matahari sedikit demi sedikit muncul memberikan kehangatan dipagi hari.
Lautan awan membentang luas seolah tanpa batas, desiran angin dan
gemuruh letusan gunung berpadu menjadi musik alami yang begitu indah.
Rasa haru dan puas melebur menjadi satu ikatan emotional yang
menghasilkan air mata kebahagian.
Inilah Alam, Alam ciptaan-Nya yang merupakan bukti
kekuasaan-Nya. Inilah Alam, Alam yang mengajarkan kita arti tentang
perjuangan, Alam yang memberikan pelajaran tentang makna sebuah
pengorbanan dan kesabaran, dan Alam juga lah yang merontokan semua
kesombongan dalam jiwa. begitulah seharusnya, dan begitu semestinyaSetelah
cukup menikmati kopi hangat, makanan ringan dan mengabadikan moment
panorama keindahan alam gunung Semeru, tujuan perjalanan berikutnya
adalah kembali ke camp Kalimati.
Ikutilah trek, jalur ditengah yang sudah ada. Jangan
terlalu ke barat atau ke timur. Tanah yang kamu injak mudah bergerak dan
amblas, jika tidak hati-hati ini bisa membahayakan. Jangan takabur,
sombong atau menganggap remeh trek perjalanan pulang hanya sebab merasa
sudah hafal jalur atau karna sering sowan ke puncak. Karena biasanya
kasus kejadian orang hilang di Gunung Semeru terjadi saat perjalanan
turun, bukan saat perjalanan ke puncak.
Kasus
kejadian orang hilang terakhir di gunung Semeru terjadi kira-kira satu
tahun yang lalu, tepatnya tanggal 30, Oktober 2012 setelah Upacara
Sumpah Pemuda. Kebetulan saya saat itu berada dilokasi kejadian dan
sempat mengikuti Upacara bersama di Ranu Kumbolo, saya tidak saling
mengenal. saya baru mengenal nama begitu mendengar informasi adanya
laporan orang hilang yang masuk ke petugas TNBTS di Ranu Pane. Firas,
alhamdulilah setelah empat hari dinyatakan hilang korban berhasil
ditemukan dalam keadaan selamat oleh Tim Sar Gabungan. semoga kejadian
ini menjadi pelajaran untuk kita semua, khususnya saya pribadi. Dan
semoga kasus Firas tahun lalu menjadi kasus terakhir yang terjadi di
gunung Semeru.
Perjalanan turun dari puncak ke Kalimati biasanya
akan lebih cepat. Karena, medan yang dilalui tidak seberat saat
melakukan pendakian ke puncak. 90 % medan yang dilalui menurun. Namun
begitu tetaplah berhati-hati saat diperjalanan. Beristirahatlah jika
mengalami kelelahan. Sebab kelelahan dapat mengurangi konsentrasi.
estimasi waktu perjalanan dari puncak ke camp Kalimati kurang lebih dua
hingga tiga setengah jam perjalanan. sesampainya di camp Kalimati kamu
bisa sarapan dan beristirahat yang cukup untuk memulihkan setamina.
Dihari ketiga ini kamu mepunyai dua pilihan. Pertama
melanjutkan istirahat hingga esok hari dengan konsekuensi, besok dihari
keempat perjalanan kembali ke pos pendakian Ranu Pane langsung ditrek
dalam satu hari selama tujuh sampai delapan jam perjalanan. atau pilihan
kedua setelah sarapan dan istirahat cukup, kamu langsung packing dan
melanjutkan perjalanan ke camp Ranu Kumbolo untuk beristirahat dan
dihari keempat perjalanan baru dilanjutkan kembali menuju pos pendakian
Ranu Pane. Kamu bisa mendiskusikan pilihan ini bersama rekan-rekan
perjalanan kamu, bagimana situasi dan kondisi baiknya.
Hari keemapat, tujuan perjalanan adalah kembali ke
pos pendakian Ranu Pane. Nikmatilah perjalanan pulang, tidak usah
terburu-buru karena biasanya beberapa pendaki berlari saat perjalanan
pulang (turun). Berlalari saat medan menurun meningkatkan resiko cedera
kaki. missal, terkilir atau keseleo. Sebelum turun kembali ke pos
pendakian kamu diwajibkan membawa semua bekas sampah kamu selama
pendakian. Sampah tidak boleh ditinggal. Ini adalah peraturan yang harus
kamu patuhi jika kamu tidak ingin mendapatkan sangsi dari petugas.
Aturan sampah ini berlaku bagi siapa saja yang memasuki taman nasional
atau tempat konservasi lainya.
Menjaga kelestarian alam bukanlah tanggung jawab
petugas (pengelola) atau kelompok pecinta alam saja. Menjaga kelestarian
alam menjadi tanggung jawab bersama (pengunjung). Salinglah
mengingatkan agar alam tetap indah dan terjaga. Dengan menjaga alam
berarti kamu menjaga keseimbangan. Jika alam terjaga keseimbanganya,
bencana alam dan kerusakan bisa dihindari. saya teringat dengan kata
bijak berbahasa Ingris “TAKE NOTHING BUT PICTURES, LEAVE NOTHING BUT
FOOTPRINT, KILL NOTHING BUT TIME” semoga kata bijak ini bisa selalu saya
dan kamu ingat.
Sesampai di pos pendakian Ranu Pane kamu diwajibkan
melapor kepada petugas yang berjaga. Setelah itu kamu bisa beristirahat,
berjalan – jalan disekitat Ranu Pane atau Ranu Regulo, atau langsung
melanjutkan perjalanan ke kota asal. Selamat berkumpul kembali bersama
keluarga, saudara dan rekan, Semoga selamat sampai tujuan.
SUMB:https://justenote.wordpress.com/2013/12/13/gunung-semeru-keindahan-sejarah-legenda-dan-cerita/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar